Thursday, August 6, 2009

Paku Kuntilanak, Film Horor atau Film Porno?


Satu lagi film horor Indonesia yang membuat heboh dan menimbulkan kontroversi di mata masyarakat, entah yang awam soal film maupun yang expert. Apa film itu? Film yang menghebohkan tersebut adalah Paku Kuntilanak, yang bintang utamanya adalah Dewi Persik. Setelah beradegan agak seronok dalam film Tali Pocong Perawan, kini si Dewi Persik kembali membuat heboh dalam Paku Kuntilanak. Paku Kuntilanak ini berkisah tentang perburuan terhadap sesosok kuntilanak yang menjelma menjadi manusia kembali setelah paku di kepalanya terlepas secara tidak sengaja oleh seseorang, yang mengakibatkan kuntilanak menuntut balas.
Dalam film tersebut, sebenarnya porsi horornya tidak terlalu berbobot, justru hal-hal yang dianggap mengumbar sensasi-lah yang banyak mendominasi jalannya cerita. Diantaranya adalah beberapa adegan tidak senonoh yang dimainkan oleh salah seorang pemain film ini, yaitu adegan mandi di dalam bathub tanpa busana yang dilakukan oleh aktris Chintyana Alona. Dan parahnya, dia malah menganggap hal itu adalah art dalam film. Bagi saya, itu bukan lagi art, tetapi sudah aksi yang tidak pantas untuk dipertontonkan. Tak hanya berhenti di situ, masih ada lagi adegan ranjang yang sungguh tidak enak untuk dilihat. Dewi Persik? Jangan tanya lagi. Anda pasti sudah tahu track record Dewi Persik sebagai artis yang......., yah bagaimanalah, Anda cari tahu sendiri. Begitu juga dengan aktris Heather Storm, yang berulang kali beradegan seksi yang kadang hanya memakai pakaian dalamnya saja. 
Adegan Panas Dewi Persik dengan Keith Foo 
dalam film Paku Kuntilanak
Jadi, tak salah jika film yang juga dibintangi oleh Keith Foo, Kiwil, Nanny Wijaya, Eddie Brokoli, Hardhi Fadillah, dan Baron Hermanto tersebut menuai kecaman banyak pihak. Dan banyak juga yang menganggap Paku Kuntilanak ini bukan film horor, tetapi film semi BF (Semi-Blue Film). Dan kabar yang terbaru, film yang disutradarai oleh Findo Purnomo tersebut telah mendapat kecaman keras dari MUI (Majelis Ulama Indonesia). Bahkan MUI dikabarkan telah menyusun berkas perkara untuk memprotes keberadaan film Paku Kuntilanak. MUI bahkan mengatakan sendiri bahwa seharusnya film itu tidak hanya mengandung seni semata, tetapi juga harus mengandung nilai-nilai yang bisa diteladani oleh masyarakat. Dan menurut kebanyakan orang ketika menanggapi film ini, seharusnya film horor tidak seperti itu. Mereka juga menyatakan bahwa akan lebih baik membuat film yang materinya atau temanya diambil dari bumi Indonesia sendiri, seperti yang telah dilakukan dalam film Laskar Pelangi, Nagabonar 1 dan 2, Denias, Garuda di Dadaku, King, dan cukup banyak lagi lainnya. Film-film tersebut saya rasa lebih bermutu daripada sekadar menampilkan film horor yang tak jelas juntrungnya dan malah menyisipkan adegan-adegan tidak pantas. 
Semoga para insan perfilman Indonesia bisa segera berbenah diri. Masih banyak potensi yang bisa digali dari bumi Indonesia untuk dijadikan sumber inspirasi pembuatan film yang nantinya bisa memberi banyak nilai moral untuk bisa dijadikan teladan.

0 comments:

Post a Comment

Setelah membaca post di atas, kasih comment (NO SEX and NO SARA) ya! Thanks!

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.