Thursday, July 9, 2009

Goyang Dangdut di Jalan Raya Porong

Cerita yang akan saya ceritakan ini bukan saya sendiri yang mengalami. Tetapi, melihat pengalaman orang lain. Hal itu terjadi pada hari Senin, tanggal 29 Juni 2009. Pada hari itu saya ada keperluan untuk menyerahkan berkas daftar ulang yang belum saya serahkan saat daftar ulang PSB mahasiswa baru di Universitas Brawijaya, Malang, pada tanggal 14 Mei 2009 lalu. Berkas yang akan saya serahkan adalah fotokopi ijazah yang sudah dilegalisir dan ditandatangani oleh kepala sekolah.

Saya berangkat dari rumah sekitar pukul 06.00 WIB, bersama Ibu saya yang ingin menemani saya. Kami naik bus Kalisari dari Terminal Bungurasih dan tepat keluar dari terminal sekitar pukul 06.30 WIB. Seperti biasa, untuk bus jurusan Surabaya-Malang, tentu harus melewati Jalan Raya Porong yang sangat padat pada jam berapa pun. Sungguh hal itu tak akan terjadi seandainya lumpur tak menggenangi Porong dan jalan tol tetap eksis. Namun, pada hari itu kami hanya mengalami macet di daerah sekitar tanggul dekat semburan lumpur, sedangkan jalan setelahnya relatif lancar meski terasa padat. Nah, hal lucu yang saya lihat terjadi ketika bus kami telah menyeberang dari jalan tol Waru menuju ke Jalan Raya Porong.


Kemacetan Rutin di Jalan Raya Porong

Sebelumnya, sudah jamak diketahui jika sejak terjadi musibah lumpur, Jalan Raya Porong menjadi semakin sempit dan sumpek. Bagaimana tidak, kendaraan yang langganan lewat jalan tol seperti bus, beberapa mobil pribadi, truk, trailer yang akan menuju arah Pasuruan dan Malang, kini juga ikut nimbrung di jalan yang sempit itu. Ditambah lagi dengan banyaknya pedagang asongan yang santai berdiri dan berjalan di tengah jalan menjajakan dagangannya. Ditambah pula dengan banyaknya orang yang menawarkan jasa jalan alternatif di sana sini. Deru mesin kendaraan, klakson, teriakan pedagang asongan pun membahana dan tumpah ruah di jalan tersebut. Truk dan bus banyak yang berjejer memenuhi badan jalan. Sepeda motor pun banyak juga yang ambil di kiri jalan, tak sedikit yang keluar dari badan jalan. Dan tak sedikit juga pengendara sepeda motor yang "menantang" kendaraan besar dengan berjalan di antara sela-sela impitan truk dan bus. Yang membuat saya tersenyum geli dan sempat tertawa adalah tingkah laku pengendara sepeda motor tersebut yang saya saksikan dari dalam bus.

Sepanjang jalan yang berada di sekitar tanggul semburan hingga sebelum Pasar Porong, jalan terasa sempit, dan di sisi jalan dekat jalur rel kereta api, ada "jalan" tambahan" berupa gundukan tanah bergelombang dan tak rata dengan lebar sekitar 2 m. Saya melihat banyak sepeda motor melalui jalan tanah tersebut. Bus kami berada dalam posisi sebagian roda di sebelah kanan berada pada bagian jalan utama, sedangkan sebagia roda di sebelah kiri berada di atas jalan tanah tersebut. Di situlah saya mulai tersenyum dan tertawa. Para pengendara sepeda motor yang melintasi jalan tanah tersebut sudah pasti bergerak naik turun "dipaksa" mengikuti irama jalan yang bergelombang tersebut. Bagi saya, hal itu seperti sedang bergoyang dangdut. Atau mungkin lebih mirip lagi seperti seseorang yang naik kuda mainan dalam komidi putar yang biasanya banyak ditemukan di taman hiburan atau pasar malam. Naik turun sambil berjalan, apalagi bagi para pengendara sepeda motor yang berjalan agak ngebut. Tentu badannya akan bergetar cukup hebat, main sikat main embat sopo sing liwat. Saya berpikir, seru juga seandainya saya naik sepeda motor dan melewati jalan bergelombang tersebut. Tentu saya bisa menikmati hiburan "komidi putar" gratis di tengah macet yang menerpa. Tetapi, saya terlanjur naik bus dan guncangannya hanya sedikit terasa.

Saya mungkin punya solusi cepat dan tepat bagi para pengendara sepeda motor yang ingin modifikasi sepeda motornya secara gratis, khususnya modifikasi ban dan peleg. Tapi, tidak ada jaminan hasil yang baik atau malah merusak dan menimbulkan resiko kematian. Apa solusi itu? Berjalan di atas rel kereta api.........................

2 comments:

Anonymous said...

Hi, tanya dong kalau dari terminal bungur asih ke alun-alun gresik (rencana mau ziarah ke Hb.Abubakar Muhammad Assegaf) dan setelah dari alun-alun gresik mau ke sunan giri lalu kembali ke S.Ampel ....kira2 naik apa bisnya dan harga berapa u ongkosnya ?.
Trims
achmadyusup@yahoo.com

Ananda Rifqy said...

achmadyusup@yahoo.com: Maaf Bang, saya belum pernah tahu naik bus apa ke alun-alun gresik, karena saya juga jarang ke gresik.

Post a Comment

Setelah membaca post di atas, kasih comment (NO SEX and NO SARA) ya! Thanks!

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.