Saturday, July 18, 2009

JW Marriott-Ritz Carlton Dibom, Pertanda Ekstremisme Masih Ada

Indonesia tengah berduka. Di tengah masa tenang pasca pilpres 2009, kita dikejutkan dengan berita yang tak terduga, yaitu pengeboman dua hotel internasional, JW Marriott dan Ritz-Carlton oleh sekelompok teroris. Kedua hotel tersebut berada pada wilayah yang sama, yaitu di Mega Kuningan dan keduanya berseberangan. Khusus untuk JW Marriott, pengeboman ini adalah kali kedua dialami oleh hotel tersebut. Sebelumnya pada tahun 2003, JW Marriott juga telah diguncang bom. Menurut Kapolri Bambang Hendarso Danuri, sudah dapat dipastikan bahwa kasus pengeboman kali ini adalah bom bunuh diri, meski masih mengadakan pendalaman untuk identifikasi pelaku. Pengeboman di dua hotel ini menimbulkan beberapa korban tewas dan luka berat.



sumber: Jawa Pos

Aksi teroris ini jelas menimbulkan dampak luas, utamanya pembatalan rencana kunjungan Manchester United (MU) ke Indonesia dalam rangka tur Asia. Jelas pembatalan ini membuat panpel Indonesia rugi besar. Dan yang paling merasa kecewa jelas adalah para fans MU di Indonesia, khususnya bagi mereka yang telah memiliki tiket. Apalagi bagi operator telekomunikasi 3 selaku salah satu sponsor yang getol mengiklankan MU serta memberikan promosi kartu perdana edisi khusus MU yang katanya aktif selamanya. Anda bisa menghitung sendiri kerugiannya.

Satu hal yang menjadi perhatian saya adalah keberuntungan para pemain timnas Indonesia yang tergabung dalam Indonesia All Stars. Hotel JW Marriott merupakan hotel yang dijadikan tempat menginap bagi Charis Yulianto dkk. Bom meledak di JW Marriott sekitar pukul 7.47 WIB. Sedangkan para punggawa timnas pergi latihan pada pukul 7.00 WIB. Berarti, sekitar 45 menit setelah mereka pergi latihan, bom meledak di JW Marriott. Bom di Ritz-Carlton sendiri meledak pukul 7.50 WIB. Banyak di antara punggawa timnas tersebut mensyukuri nasib mereka. Ya, seandainya saja mereka tidak segera latihan.........

Terlepas dari dampak-dampak tersebut, jelas aksi teroris ini memberi kita pelajaran sekali lagi bahwa ekstremisme belum sepenuhnya hilang dari negeri ini. Sekalipun Dr. Azhari sudah tewas lama, tapi masih ada Noordin M. Top yang sangat lihai lolos dari kejaran petugas kepolisisan. Memang, belum dapat dipastikan apakah kelompok teroris pengebom dua hotel tersebut memang termasuk kelompoknya si Noordin M. Top. Yang jelas, mereka sama-sama biadab dan pengecut. Seakan-akan termakan doktrin bahwa bunuh diri itu adalah jihad. Padahal dalam Islam tidak ada statement seperti itu, tidak ada yang menyatakan bahwa jihad harus membunuh orang tak berdosa sekaligus bunuh diri. Mereka mengatakan berani untuk mati, padahal yang benar adalah berani untuk hidup. Waspadalah apabila ada orang yang menyatakan doktrin semacam itu. Utamanya para pemuda-pemuda yang kebanyakan masih tanggung iman serta pegangan agamanya. Sehingga jika itu terjadi, maka berarti mereka mudah terbuai oleh rayuan doktrin sesat tersebut. Hati-hatilah jika ada orang yang seperti itu. Karena itu tida salah jika kesadaran akan terorisme atau aksi ekstremisme harus dimulai dari diri sendiri.

Selanjutnya, kita serahkan semuanya kepada pihak kepolisian dan pemerintah. Kita harus mendukung langkah-langkah mereka, jangan memperberat tugas mereka. Aksi terorisme adalah salah satu PR bangsa ini. Akan terasa indah jika Indonesia beriklim damai dan tentram selamanya, jauh dari ketegangan teror dari pihak pengecut yang tidak bertanggung jawab.

2 comments:

iskandaria said...

Amin. Akar masalahnya kalo menurut saya ialah masih kentalnya penafsiran dan pengajaran agama Islam yang terlalu tekstual. Intinya, ini masalah ideologi yang sangat sulit sekali untuk diberantas, sepanjang sang pengajar dan penafsirnya masih belum mampu memahami ajaran islam secara benar.

Ananda Rifqy said...

Anda benar. Saya masih prihatin akan kondisi pemahaman keagamaan bangsa kita.

Post a Comment

Setelah membaca post di atas, kasih comment (NO SEX and NO SARA) ya! Thanks!

 
Cheap Web Hosting | Top Web Hosts | Great HTML Templates from easytemplates.com.